KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah, tuhan semesta
alam yang telah memberikan kesehatan serta kemampuan sehingga penyusunan tugas
ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih kepada Pak
Nazar,yang telah mencurahkan segala perhatian dan kemampuannya dalam perannya
sebagai guru pada mata pelajaran PARASITOLOGI untuk dapat mengarahkan dan
membimbing kami kepada penyusunan dan penyelesaian tugas. Serta kepada
teman-teman yang telah memberikan bantuan saran sampai pada penyelesaian tugas
ini kami rampungkan. Terima kasih.
Penyusunan tugas besar ini tidaklah
pantas untuk dikatakan sempurna, “karena segala kesempurnaan milik Allah”.
Olehnya itu kami sangat berharap sumbang saran maupun kritikan yang bersifat
konstruktif demi penyempurnaan tugas besar ini ke depan serta demi kepentingan
dan kemajuan ANALIS, dan untuk ini Penyusun mengucapkan terima kasih.
Akhirnya, mudah-mudahan tugas besar ini
dapat ikut membantu dan mendorong perkembangan .
Makassar,
12 februari 2011
Penyusun
PENDAHULUAN
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan.
Dengan munculnya program pengendalian yang didasarkan pada penggunaan residu insektisida, penyebaran penyakit malaria telah dapat diatasi dengan cepat. Sejak tahun 1950, malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh Benua Eropa dan di daerah seperti Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun penyakit ini masih menjadi masalah besar di beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1 persen diantaranya fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang.
Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah tersebut.
Penyakit Malaria yang terjadi pada manusia
Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi).
Demam rimba (jungle fever ), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau, serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari. Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.
Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam.
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan.
Dengan munculnya program pengendalian yang didasarkan pada penggunaan residu insektisida, penyebaran penyakit malaria telah dapat diatasi dengan cepat. Sejak tahun 1950, malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh Benua Eropa dan di daerah seperti Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun penyakit ini masih menjadi masalah besar di beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1 persen diantaranya fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang.
Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah tersebut.
Penyakit Malaria yang terjadi pada manusia
Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi).
Demam rimba (jungle fever ), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau, serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari. Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.
Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam.
Penanganan
Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon cinchona, yang lebih dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan protozoa dalam jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli obat-obatan Jerman berhasil menemukan Atabrine ( quinacrine hydrocloride ) yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine dan kadar racunnya lebih rendah. Sejak akhir perang dunia kedua, klorokuin dianggap lebih mampu menangkal dan menyembuhkan demam rimba secara total, juga lebih efektif dalam menekan jenis-jenis malaria dibandingkan dengan Atabrine atau quinine. Obat tersebut juga mengandung kadar racun paling rendah daripada obat-obatan lain yang terdahulu dan terbukti efektif tanpa perlu digunakan secara terus menerus.
Namun baru-baru ini strain Plasmodium falciparum, organisme yang menyebabkan malaria tropika memperlihatkan adanya daya tahan terhadap klorokuin serta obat anti malaria sintetik lain. Strain jenis ini ditemukan terutama di Vietnam, dan juga di semenanjung Malaysia, Afrika dan Amerika Selatan. Kina juga semakin kurang efektif terhadap strain plasmodium falciparum. Seiring dengan munculnya strain parasit yang kebal terhadap obat-obatan tersebut, fakta bahwa beberapa jenis nyamuk pembawa (anopheles) telah memiliki daya tahan terhadap insektisida seperti DDT telah mengakibatkan peningkatan jumlah kasus penyakit malaria di beberapa negara tropis. Sebagai akibatnya, kasus penyakit malaria juga mengalami peningkatan pada para turis dari Amerika dan Eropa Barat yang datang ke Asia dan Amerika Tengah dan juga diantara pengungsi-pengungsi dari daerah tersebut. Para turis yang datang ke tempat yang dijangkiti oleh penyakit malaria yang tengah menyebar, dapat diberikan obat anti malaria seperti profilaksis (obat pencegah).
Obat-obat pencegah malaria seringkali tetap digunakan hingga beberapa minggu setelah kembali dari bepergian. Mefloquine telah dibuktikan efektif terhadap strain malaria yang kebal terhadap klorokuin, baik sebagai pengobatan ataupun sebagai pencegahan. Namun obat tersebut saat ini tengah diselidiki apakah dapat menimbulkan efek samping yang merugikan. Suatu kombinasi dari sulfadoxine dan pyrimethamine digunakan untuk pencegahan di daerah-daerah yang terjangkit malaria yang telah kebal terhadap klorokuin. Sementara Proguanil digunakan hanya sebagai pencegahan.
Saat ini para ahli masih tengah berusaha untuk menemukan vaksin untuk malaria. Beberapa vaksin yang dinilai memenuhi syarat kini tengah diuji coba klinis guna keamanan dan keefektifan dengan menggunakan sukarelawan, sementara ahli lainnya tengah berupaya untuk menemukan vaksin untuk penggunaan umum. Penyelidikan tengah dilakukan untuk menemukan sejumlah obat dengan bahan dasar artemisin, yang digunakan oleh ahli obat-obatan Cina untuk menyembuhkan demam. Bahan tersebut terbukti efektif terhadap Plasmodium falciparum namun masih sangat sulit untuk diperbanyak jumlahnya.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan oleh parasit malaria / Protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria ( anopeles ) betina ( WHO 1981 ) ditandai dengan deman, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia. Parasit malaria pada manusia yang menyebabkan Malaria adalah Plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae.Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau campuran keduanya, sedangkan palsmodium ovale dan malariae pernah ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya dan negara Timor Leste. Proses penyebarannya adalah dimulai nyamuk malaria yang mengandung parasit malaria, menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala demam. Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu antara 9 ? 40 hari ( WHO 1997 )
Siklus parasit malaria adalah setelah nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria menggigit manusia, maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah dan jaringan hati. Parasit malaria pada siklus hidupnya, membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati ( ekso-eritrositer ). Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit / kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit ( stadium eritrositer ), mulai bentuk tropozoit muda sampai sison tua / matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merosoit. Merosoit sebagian besar masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidup di tubuh nyamuk (stadium sporogoni). Pada lambung nyamuk terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot akan berubah menjadi ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, maka keluar sporozoit dan masuk ke kelenjar liur nyamuk yang siap untuk ditularkan ke dalam tubuh manusia. Khusus P. Vivax dan P. Ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan), sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit tetapi tertanam di jaringan hati disebut Hipnosoit (lihat bagan siklus), bentuk hipnosoit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah/sibuk/stres atau perobahan iklim (musim hujan), maka hipnosoit akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari dalam sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul gejala penyakitnya kembali. Misalnya 1 ? 2 tahun yang sebelumnya pernah menderita P. Vivax/Ovale dan sembuh setelah diobati, suatu saat dia pindah ke daerah bebas malaria dan tidak ada nyamuk malaria, dia mengalami kelelahan/stres, maka gejala malaria muncul kembali dan bila diperiksa SD-nya akan positif P. Vivax/Ovale.
Pada P. Falciparum dapat menyerang ke organ tubuh dan menimbulkan kerusakan seperti pada otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya malaria berat/komplikasi, sedangkan P. Vivax, P. Ovale dan P. Malariae tidak merusak organ tersebut. P. falciparum dalam jaringan yang mengandung parasit tua di dalam otak, peristiwa ini yang disebut sekuestrasi. Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral mencapai 20 ? 50 %, hampir semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak sebagian kecil dapat terjadi sekuele. Pada daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan SD sering dijumpai SD positif tanpa gejala klinis pada lebih dari 60 % jumlah penduduk.
Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon cinchona, yang lebih dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan protozoa dalam jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli obat-obatan Jerman berhasil menemukan Atabrine ( quinacrine hydrocloride ) yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine dan kadar racunnya lebih rendah. Sejak akhir perang dunia kedua, klorokuin dianggap lebih mampu menangkal dan menyembuhkan demam rimba secara total, juga lebih efektif dalam menekan jenis-jenis malaria dibandingkan dengan Atabrine atau quinine. Obat tersebut juga mengandung kadar racun paling rendah daripada obat-obatan lain yang terdahulu dan terbukti efektif tanpa perlu digunakan secara terus menerus.
Namun baru-baru ini strain Plasmodium falciparum, organisme yang menyebabkan malaria tropika memperlihatkan adanya daya tahan terhadap klorokuin serta obat anti malaria sintetik lain. Strain jenis ini ditemukan terutama di Vietnam, dan juga di semenanjung Malaysia, Afrika dan Amerika Selatan. Kina juga semakin kurang efektif terhadap strain plasmodium falciparum. Seiring dengan munculnya strain parasit yang kebal terhadap obat-obatan tersebut, fakta bahwa beberapa jenis nyamuk pembawa (anopheles) telah memiliki daya tahan terhadap insektisida seperti DDT telah mengakibatkan peningkatan jumlah kasus penyakit malaria di beberapa negara tropis. Sebagai akibatnya, kasus penyakit malaria juga mengalami peningkatan pada para turis dari Amerika dan Eropa Barat yang datang ke Asia dan Amerika Tengah dan juga diantara pengungsi-pengungsi dari daerah tersebut. Para turis yang datang ke tempat yang dijangkiti oleh penyakit malaria yang tengah menyebar, dapat diberikan obat anti malaria seperti profilaksis (obat pencegah).
Obat-obat pencegah malaria seringkali tetap digunakan hingga beberapa minggu setelah kembali dari bepergian. Mefloquine telah dibuktikan efektif terhadap strain malaria yang kebal terhadap klorokuin, baik sebagai pengobatan ataupun sebagai pencegahan. Namun obat tersebut saat ini tengah diselidiki apakah dapat menimbulkan efek samping yang merugikan. Suatu kombinasi dari sulfadoxine dan pyrimethamine digunakan untuk pencegahan di daerah-daerah yang terjangkit malaria yang telah kebal terhadap klorokuin. Sementara Proguanil digunakan hanya sebagai pencegahan.
Saat ini para ahli masih tengah berusaha untuk menemukan vaksin untuk malaria. Beberapa vaksin yang dinilai memenuhi syarat kini tengah diuji coba klinis guna keamanan dan keefektifan dengan menggunakan sukarelawan, sementara ahli lainnya tengah berupaya untuk menemukan vaksin untuk penggunaan umum. Penyelidikan tengah dilakukan untuk menemukan sejumlah obat dengan bahan dasar artemisin, yang digunakan oleh ahli obat-obatan Cina untuk menyembuhkan demam. Bahan tersebut terbukti efektif terhadap Plasmodium falciparum namun masih sangat sulit untuk diperbanyak jumlahnya.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan oleh parasit malaria / Protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria ( anopeles ) betina ( WHO 1981 ) ditandai dengan deman, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia. Parasit malaria pada manusia yang menyebabkan Malaria adalah Plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae.Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau campuran keduanya, sedangkan palsmodium ovale dan malariae pernah ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya dan negara Timor Leste. Proses penyebarannya adalah dimulai nyamuk malaria yang mengandung parasit malaria, menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala demam. Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu antara 9 ? 40 hari ( WHO 1997 )
Siklus parasit malaria adalah setelah nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria menggigit manusia, maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah dan jaringan hati. Parasit malaria pada siklus hidupnya, membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati ( ekso-eritrositer ). Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit / kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit ( stadium eritrositer ), mulai bentuk tropozoit muda sampai sison tua / matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merosoit. Merosoit sebagian besar masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidup di tubuh nyamuk (stadium sporogoni). Pada lambung nyamuk terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot akan berubah menjadi ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, maka keluar sporozoit dan masuk ke kelenjar liur nyamuk yang siap untuk ditularkan ke dalam tubuh manusia. Khusus P. Vivax dan P. Ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan), sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit tetapi tertanam di jaringan hati disebut Hipnosoit (lihat bagan siklus), bentuk hipnosoit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah/sibuk/stres atau perobahan iklim (musim hujan), maka hipnosoit akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari dalam sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul gejala penyakitnya kembali. Misalnya 1 ? 2 tahun yang sebelumnya pernah menderita P. Vivax/Ovale dan sembuh setelah diobati, suatu saat dia pindah ke daerah bebas malaria dan tidak ada nyamuk malaria, dia mengalami kelelahan/stres, maka gejala malaria muncul kembali dan bila diperiksa SD-nya akan positif P. Vivax/Ovale.
Pada P. Falciparum dapat menyerang ke organ tubuh dan menimbulkan kerusakan seperti pada otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya malaria berat/komplikasi, sedangkan P. Vivax, P. Ovale dan P. Malariae tidak merusak organ tersebut. P. falciparum dalam jaringan yang mengandung parasit tua di dalam otak, peristiwa ini yang disebut sekuestrasi. Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral mencapai 20 ? 50 %, hampir semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak sebagian kecil dapat terjadi sekuele. Pada daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan SD sering dijumpai SD positif tanpa gejala klinis pada lebih dari 60 % jumlah penduduk.
PLASMODIUM FALCIPARUM
Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari
jasad-jasad yang hidup untuk sementara atau tetap di dalam atau pada permukaan
jasad lain dengan maksud untuk mengambil makanan sebagian atau seluruhnya dari
jasad itu (parasiros = jasad yang mengambil makanan; logos = ilmu).
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai
plasmodium sp dan lebih rinci lagi akan dibahas mengenai plasmodium
Falcifarum.Plasmodium sp pada manusia menyebabkan penyakit malaria dengan gejala
demam, anemia dan spleomegali (pembengkakan spleen). Dikenal 4 (empat) jenis
plasmodium, yaitu :
1.Plasmodium
vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna).
2.Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana
3.Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana maligna).
4.Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
2.Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana
3.Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana maligna).
4.Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.
Malaria
menular kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. dalam siklus
hidupnya. Plasmodium sp berproduksi secara sexual (sporogoni)dan asexual
(schizogon) di dalam host yang berbeda, host dimana terjadi reproduksi sexsual,
disebut host definitive sedangakn reproduksi asexual terjadi pada host
intermediate. Reproduksi sexual hasinya disebut sporozoite sedangkan hasil
reproduksi asexual disebut merozoite.
Plasmodium
falciparum mempunyai sifat – sifat tertentu yag berbeda dengan species lainnya,
sehingga diklasifikasikan dalam subgenus laveran.
Plasmodium falciparum mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Plasmodium falciparum mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom :
Haemosporodia
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : Falcifarum
Divisio : Nematoda
Subdivisio : Laveran
Kelas : Spotozoa
Ordo : Haemosporidia
Genus : Plasmodium
Species : Falcifarum
A.Nama penyakit
P.falciparum menyebabkan penyakit malaria falsifarum.
P.falciparum menyebabkan penyakit malaria falsifarum.
B.Hospes
Manusia merupakan hospes perantara parasit ini dan nyamuk Anopheles betina menjadi hopses definitifnya atau merupakan vektornya.
Manusia merupakan hospes perantara parasit ini dan nyamuk Anopheles betina menjadi hopses definitifnya atau merupakan vektornya.
C.Distribusi geografik
Parasit ini ditemukan didaerah tropic, terutama di Afrika dan Asia Tenggara. Di Indonesia parasit ini terbesar di seluruh kepulauan.
Parasit ini ditemukan didaerah tropic, terutama di Afrika dan Asia Tenggara. Di Indonesia parasit ini terbesar di seluruh kepulauan.
D.Morfologi dan daur hidup
Parasit ini merupakan species yang berbahaya karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian.Perkembangan aseksual dalam hati hanya menyangkut fase preritrosit saja; tidak ada fase ekso-eritrosit. Bentuk dini yang dapat dilihat dalam hati adalah skizom yang berukuran ± 30 µ pada hari keempat setelah infeksi.
Jumlah morozoit pada skizon matang (matur) kira-kira 40.000 bentuk cacing stadium trofosoit muda plasmodium falciparum sangat kecil dan halus dengan ukuran ±1/6 diameter eritrosit. Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir kromatin; bentuk pinggir (marginal) dan bentuk accole sering ditemukan. Beberapa bentuk cincin dapat ditemukan dalam satu eritrosit (infeksi multipel). Walaupun bentuk marginal, accole, cincin dengan kromatin ganda dan infeksi multiple dapat juga ditemukan dalam eritrosit yang di infeksi oleh species plasmodium lain pada manisia, kelainan-kelainan ini lebih sering ditemukan pada Plasmodium Falciparum dan keadaan ini penting untuk membantu diagnosis species.
Bentuk cincin Plasmodium falciparum kemudian menjadi lebih besar, berukuran seperempat dan kadang-kadang setengah diameter eitrosit dan mungkin dapat disangka parasit Plasmodium malariae. Sitoplasmanya dapat mengandung satu atau dua butir pigmen. Stadium perkembangan siklus aseksual berikutnya pada umumnya tidak berlangsumg dalam darah tepi, kecuali pada kasus brat (perniseosa).
Adanya
skizon muda dan matang Plasmodium falciparum dalam sediaan darah tepi berarti
keadaan infeksi yang berat sehingga merupakan indikasi untuk tindakan
pengobatan cepat.Bentuk skizon muda Plasmodium falciparum dapat dikenal dengan
mudah oleh adanya satu atau dua butir pigmen yang menggumpal. Pada species
parasit lain pada manusia terdapat 20 atau lebih butir pigmen pada stadium
skizon yang lebih tua. Bentuk cincin da tofozoit tua menghilang dari darah tepi
setelah 24 jam dan bertahan dikapiler alat-alat dalam, seperti otak, jantung,
plasenta, usus atau sumsum tulang; di tempat – tempat ini parasit berkembang
lebih lanjut.
Dalam waktu 24 jam parasit di dalam kapiler
berkembang biak secara zkisogoni. Bila skison sudah matang, akan mengisi
kira-kira 2/3 eritrosit. Akhirnya membelah-belah dan membentuk 8 – 24 morozoit,
jumlah rata-rata adalah 16. skizon matang Plasmodium falciparum lebih kecil
dari skizon matang parasit malaria yang lain. Derajat infeksi pada jenis
malaria ini lebih tinggi dari jenis-jenis lainnya, kadang-kadang melebihi
500.000/mm3 darah.
Dalam badan manusia parasit tidak tersebar merata dalam alat-alat dalam dan jaringan sehingga gejala klinik pada malaria falciparum dapat berbeda-beda. Sebagian besar kasus berat dan fatal disebabkan oleh karena eritrosit yang dihinggapi parasit menggumpal dan menyumbat kapiler.
Pada malaria falciparum eritrosit yang diinfeksi tidak membesar selama stadium perkembangan parasit. Eritrosit yang mengandung trofozoit tua dan skizon mempunyai titik kasar berwarna merah (titik mauror) tersebar pada dua per tiga bagian eritrosit. Pembentukan gametosit berlamgsung dalam alat-alat dalam, tetapi kadang-kadang stadium mudah dapat ditentukan dalam darah tepi. Gametosis muda mempunyai bentuk agak lonjong, kemudian menjadi lebih panjang atau berbentuk elips; akhirnya mencapai bentuk khas seperti sabit atau pisang sebagai gametosis matang. Gametosis untuk pertama k ali tampak dalam darah tepi setelah beberapa generasi mengalami skizogoni biasanya kira-kira 10 hari setelah parasit pertama kali tampak dalam darah. Gametosis betina atau makrogametosis biasanya lebih langsing dan lebih panjang dari gametosit jantang atau mikrogametosit, dan sitoplasmanya lebih biru dengan pulasan Romakonowsky. Intinya lebih lebih kecil dan padat, berwarna merah tua dan butir-butir pigmen tersebar disekitar inti. Mikrogametozit membentuk lebih lebar dan seperti sosis. Sitoplasmanya biru, pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya berwarna merah mudah, besar dan tidak padat, butir-butir pign\men disekitan plasma sekitar inti.
Dalam badan manusia parasit tidak tersebar merata dalam alat-alat dalam dan jaringan sehingga gejala klinik pada malaria falciparum dapat berbeda-beda. Sebagian besar kasus berat dan fatal disebabkan oleh karena eritrosit yang dihinggapi parasit menggumpal dan menyumbat kapiler.
Pada malaria falciparum eritrosit yang diinfeksi tidak membesar selama stadium perkembangan parasit. Eritrosit yang mengandung trofozoit tua dan skizon mempunyai titik kasar berwarna merah (titik mauror) tersebar pada dua per tiga bagian eritrosit. Pembentukan gametosit berlamgsung dalam alat-alat dalam, tetapi kadang-kadang stadium mudah dapat ditentukan dalam darah tepi. Gametosis muda mempunyai bentuk agak lonjong, kemudian menjadi lebih panjang atau berbentuk elips; akhirnya mencapai bentuk khas seperti sabit atau pisang sebagai gametosis matang. Gametosis untuk pertama k ali tampak dalam darah tepi setelah beberapa generasi mengalami skizogoni biasanya kira-kira 10 hari setelah parasit pertama kali tampak dalam darah. Gametosis betina atau makrogametosis biasanya lebih langsing dan lebih panjang dari gametosit jantang atau mikrogametosit, dan sitoplasmanya lebih biru dengan pulasan Romakonowsky. Intinya lebih lebih kecil dan padat, berwarna merah tua dan butir-butir pigmen tersebar disekitar inti. Mikrogametozit membentuk lebih lebar dan seperti sosis. Sitoplasmanya biru, pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya berwarna merah mudah, besar dan tidak padat, butir-butir pign\men disekitan plasma sekitar inti.
Jumlah gametosit pada infeksi
Falciparum berbeda-beda, kadang-kadang sampai 50.000 – 150.000/mm3 darah,
jumlah ini tidak pernah dicapai oleh species Plasmodium lain pada manusia.
Walaupun skizogoni eritrosit pada Plasmodium falciparum selesai dalam waktu 48
jam dan priodisitasnya khas terirana, sering kali pada species ini terdapat 2
atau lebih kelompok-kelokpok parasit, dengan sporolasi yang tidak singkron,
sehingga priodesitas gejala pada penderita menjadi tidak teratur, terutama pada
stadium permulaan serangan malaria.
Siklus seksual Plasmodium falciparum dalam nyamuk sama seperti pada Plasmodium yang lain. Siklus berlangsung 22 hari pada suhu 20o C, 15 – 17 hari pada suhu 23o C dan 10 – 11 hari pada suhu 25o C – 28o C. pigmen pada obkista berwarna agak hitam dan butir butinya relative besar, membentuk pola pada kista sebagai lingkaran ganda sekitar tepinya, tetapi dapat tersusun sebagai lingkaran kecil dipusat atau sebagai garis lurus ganda. Pada hari ke- 8 pigmen tidak tampak kecuali beberapa butir masih dapat dilihat.
E.Patologi dan gejala-gejala.
Masa tunas intrinsic malaria falciparum berlangsung antara 9-14 hari. Penyakitnya mulai dengan sakit kepala, punggung dan ekstremitas, perasaan dingin, mual, muntah atau diare ringan. Demam mungkin tidak ada atau ringan dan penderita tidak tampak sakit; diagnosis pada stadium ini tergantung dari anamosis tentang kepergian penderita ke daerah endemic malaria sebelumnya. Penyakit berlangsung terus, sakit kepala, punggung dan ekstremitas lebih hebat dan keadaan umum memburuk. Pada stadium ini penderita tampak gelisah, pikau mental (mentral cunfuncion). Demam tidak teratur dan tidak menunjukkan perodiditas yang jelas.
Ada anemia ringan dan leucopenia dengan monositosis. Pada stadium dini penyakit penyakit dapat didiagnosis dan diobati dengan baik, maka infeksi dapat segera diatasi. Bila pengobatan tidak sempurna, gejala malaria pernisiosa dapat timbul secara mendadak. Istilah ini diberikan untuk penyulit berat yang timbul secara tidak terduga pada setiap saat, bila lebih dari 5 % eritrosit di-infeksi.
Siklus seksual Plasmodium falciparum dalam nyamuk sama seperti pada Plasmodium yang lain. Siklus berlangsung 22 hari pada suhu 20o C, 15 – 17 hari pada suhu 23o C dan 10 – 11 hari pada suhu 25o C – 28o C. pigmen pada obkista berwarna agak hitam dan butir butinya relative besar, membentuk pola pada kista sebagai lingkaran ganda sekitar tepinya, tetapi dapat tersusun sebagai lingkaran kecil dipusat atau sebagai garis lurus ganda. Pada hari ke- 8 pigmen tidak tampak kecuali beberapa butir masih dapat dilihat.
E.Patologi dan gejala-gejala.
Masa tunas intrinsic malaria falciparum berlangsung antara 9-14 hari. Penyakitnya mulai dengan sakit kepala, punggung dan ekstremitas, perasaan dingin, mual, muntah atau diare ringan. Demam mungkin tidak ada atau ringan dan penderita tidak tampak sakit; diagnosis pada stadium ini tergantung dari anamosis tentang kepergian penderita ke daerah endemic malaria sebelumnya. Penyakit berlangsung terus, sakit kepala, punggung dan ekstremitas lebih hebat dan keadaan umum memburuk. Pada stadium ini penderita tampak gelisah, pikau mental (mentral cunfuncion). Demam tidak teratur dan tidak menunjukkan perodiditas yang jelas.
Ada anemia ringan dan leucopenia dengan monositosis. Pada stadium dini penyakit penyakit dapat didiagnosis dan diobati dengan baik, maka infeksi dapat segera diatasi. Bila pengobatan tidak sempurna, gejala malaria pernisiosa dapat timbul secara mendadak. Istilah ini diberikan untuk penyulit berat yang timbul secara tidak terduga pada setiap saat, bila lebih dari 5 % eritrosit di-infeksi.
Pada
malaria Falciparum ada tiga macam penyulit :
1.Malaria
serebral dapat dimulai secara lambat atau mendadak setelah gejala permulaan.
2.Malaria algida menyerupai syok/renjatan waktu pembedahan.
3.gejala gastro-intestinal menyerupai disentri atau kolera.
Malaria falciparum berat adalah penyakit malaria dengam P.falciparum stadium aseksual ditemukan di dalam darahnya, disertai salah satu bentuk gejala klinis tersebut dibawah ini (WHO, 1990) dengan menyingkirkan penyebab lain (infeksi bakteri atau virus) :
2.Malaria algida menyerupai syok/renjatan waktu pembedahan.
3.gejala gastro-intestinal menyerupai disentri atau kolera.
Malaria falciparum berat adalah penyakit malaria dengam P.falciparum stadium aseksual ditemukan di dalam darahnya, disertai salah satu bentuk gejala klinis tersebut dibawah ini (WHO, 1990) dengan menyingkirkan penyebab lain (infeksi bakteri atau virus) :
·
.malaria
otak dengan koma (unarousable coma)
·
anemia
normositik berat
·
gagal
ginjal
·
.Edema
paru
·
Hipoglikemia
·
Syok
·
Perdarahan
spontan/DIC (disseminated intravascular coagulation
·
.kejang
umum yang berulang.
·
Asidosis
·
.Malaria
hemoglobinuria (backwater fewer)
Manifestasi
klinis lainnya (pada kelompok atau daerah didaerah tertentu) :
1.Gangguan kesadaran (rousable)
2.penderita sangat lemah (prosrated)
3.Hiperparasitemia
4.Ikterus (jaundice)
5.hiperpireksia
Hemolisis intravascular secara besar-besaran dapat terjadi dan memberikan gambaran klinis khas yang dikenal sebagai “blackwater fever” atau febris iktero-hemoglobinuria. Gejala dimulai dengan mendadak, urin berwarna merah tua samapi hitam, muntah cairan yang berwarna empedu, ikterus, badan cepat lemah dan morolitasnya tinggi. Pada “blackwater” parasit sedikit sekali, kadang-kadang tidak ditemukan dalam darah tepi.
1.Gangguan kesadaran (rousable)
2.penderita sangat lemah (prosrated)
3.Hiperparasitemia
4.Ikterus (jaundice)
5.hiperpireksia
Hemolisis intravascular secara besar-besaran dapat terjadi dan memberikan gambaran klinis khas yang dikenal sebagai “blackwater fever” atau febris iktero-hemoglobinuria. Gejala dimulai dengan mendadak, urin berwarna merah tua samapi hitam, muntah cairan yang berwarna empedu, ikterus, badan cepat lemah dan morolitasnya tinggi. Pada “blackwater” parasit sedikit sekali, kadang-kadang tidak ditemukan dalam darah tepi.
F.Diagnosis
Diagnoss malaria falcifarum dapat dibuat dengan menemukan parasit
trofozoit muda ( bentuk cincin ) tanpa atau dengan stadium gametosit dalam
sediaan darah tepi. Pada autopsy dapat ditemukan pigmen dan parasit dalam
kapiler otak dan alat-alat dalam.
G.Resistensi parasit malaria terhadap obat malaria.
Resistensi adalah kemampuan strain parasit untuk tetap hidup, berkembangbiak dan menimbulkan gejala penyakit, walaupun diberi pengobatan terhadap parasit dalam dosis standar atau dosis yang lebih tinggi yang masih dapat ditoleransi. Resistensi P.falciparum terhadap obat malaria golongan 4 aminokuinolin (klorokuin dan amodiakuin untuk pertama kali ditemukan pada tahun 1960 -1961 di Kolombia dan Brasil. Kemudian secara berturut-turut ditemukan di Asia Tenggara, di Muangthai, Kamboja, Malaysia, Laos, Vietnam, Filifina. Di Indonesia ditemukan di Kalimantan timur (1974), Irian Jaya (1976), Sumatera Selatan (1978), Timor Timur (1974), Jawa Tengah (Jepara, 1981) dan Jawa Barat (1981). Focus resistensi tidak mengcakup semua daerah, parasit masih sensitive dibeberapa tempat di daerah tersebut. Bila resistensi P.Falciparum terhadap klorokuin sudah dapat dipastikan, obat malaria lain dapat diberikan , antara lain :
G.Resistensi parasit malaria terhadap obat malaria.
Resistensi adalah kemampuan strain parasit untuk tetap hidup, berkembangbiak dan menimbulkan gejala penyakit, walaupun diberi pengobatan terhadap parasit dalam dosis standar atau dosis yang lebih tinggi yang masih dapat ditoleransi. Resistensi P.falciparum terhadap obat malaria golongan 4 aminokuinolin (klorokuin dan amodiakuin untuk pertama kali ditemukan pada tahun 1960 -1961 di Kolombia dan Brasil. Kemudian secara berturut-turut ditemukan di Asia Tenggara, di Muangthai, Kamboja, Malaysia, Laos, Vietnam, Filifina. Di Indonesia ditemukan di Kalimantan timur (1974), Irian Jaya (1976), Sumatera Selatan (1978), Timor Timur (1974), Jawa Tengah (Jepara, 1981) dan Jawa Barat (1981). Focus resistensi tidak mengcakup semua daerah, parasit masih sensitive dibeberapa tempat di daerah tersebut. Bila resistensi P.Falciparum terhadap klorokuin sudah dapat dipastikan, obat malaria lain dapat diberikan , antara lain :
·
Kombinasi
sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal
sebanyak 2-3 tablet.
·
.Kina
3 x 2 tablet selama 7 hari.
·
Antibiotik
seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/hari selama 7-10 hari, minosiklin 2 x 100 mg/hari
selama 7 hari.
·
Kombinasi
– kombinasi lain : kina dan tetrasiklin.
Mengapa
parasit malaria menjadi resisten terhadap klorokuin, amsih belum diketahui
dengan pasti. Ada beberapa kemungkinan yaitu :
ü Mungkin parasit itu tidak mempunyai tempat
(site) untuk mengikat klorokuin sehingga obat ini tidak dapat dikonsentrasi
dalam sel darah merah,
ü Plasmodium yang resisten mempunyai jalur
biokimia (biochemical pathway) lain untuk mengadakan sintesis asam amino
sehingga dapat menghindarkan pengaruh klorokuin,
ü .Mutasi spontan dibawah tekanan otot.
Criteria untuk menentukan resistensi parasit malaria terhadap 4-aminokuinolin dilapangan telah ditentukan oleh WHO dengan cara in vivo dan in vitro.
Criteria untuk menentukan resistensi parasit malaria terhadap 4-aminokuinolin dilapangan telah ditentukan oleh WHO dengan cara in vivo dan in vitro.
Derajat
resistensi terhadapobat secara in vivo dapat dibagi menjadi :
S : Sensitive dengan parasit yang tetap menghilang setelah pengobatan dan diikuti selama 4 minggu.
R I : Resistensi tingkat I dengan rekrusesensi lambat atau dini (pada minggu ke 3 sampai ke 4 atau minggu ke 2)
R II : Resistensi tingkat II dengan jumlah parasit menurun pada tingkat I.
R III : Resistensi tingkat III dengan jumlah parasit tetap sama atau meninggi pada minggu ke I.
Akhir akhir ini ada laporan dari beberapa Negara (Bombay India, Myanmar, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Brasil) dan dari Indonesia (Pulau nias Sumatera Utara, Florest NTT, Lembe Sulawesi Utara, Irian Jaya) mengenai P.vivax yang resistensi ditentukan dengan cara mengukur konsentrasi klorokuin dalam darah atau serum penderita.
S : Sensitive dengan parasit yang tetap menghilang setelah pengobatan dan diikuti selama 4 minggu.
R I : Resistensi tingkat I dengan rekrusesensi lambat atau dini (pada minggu ke 3 sampai ke 4 atau minggu ke 2)
R II : Resistensi tingkat II dengan jumlah parasit menurun pada tingkat I.
R III : Resistensi tingkat III dengan jumlah parasit tetap sama atau meninggi pada minggu ke I.
Akhir akhir ini ada laporan dari beberapa Negara (Bombay India, Myanmar, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Brasil) dan dari Indonesia (Pulau nias Sumatera Utara, Florest NTT, Lembe Sulawesi Utara, Irian Jaya) mengenai P.vivax yang resistensi ditentukan dengan cara mengukur konsentrasi klorokuin dalam darah atau serum penderita.
G.Pengobatan dan Pencegahan Penyakit
Malaria
Klasifikasi
biologi obat malaria
Berdasarkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria terhadap obat malaria maka obat malaria di bagi dalam 5 golongan :
Berdasarkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria terhadap obat malaria maka obat malaria di bagi dalam 5 golongan :
ü Skizontosida jaringan primer : proguanil,
pirimetamin, dapat membasmi parasit pra eritrosit sehingga mencegah masuknya
parasit ke dalam eritrosit digunakan sebagai profilaksis kausal.
ü Skizontosida jaringan sekunder primakuin,
membasmi parasit daur eksoeritrosit atau bentuk-bentuk jaringan P. vivax dan P.
ovale dan digunakan untuk pengobatan radikal infeksi ini sebagai obat anti
relaps.
ü Skizontosida darah : membasmi parasit
stadium eritrosit yang berhubungan dengan penyakit akut disertai gejala klinis.
ü .Gametositosida : menghancurkan semua
bentuk seksual termasuk stadium gametosit P.falcifarum , juga mempengaruhi
stadium perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles betina
ü Sporontosida : mencegah atau menghambat
gametosit dalam darah untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk
Anopheles
Obat-obat
malaria yang ada dapat dibagi dalam 9 golongan menurut rumus kimianya :
ü Alkaloid cinchona (kina)
ü 8-aminokuinolin (primakuin)
ü 9-aminoakridin (mepakrin)
ü 4-aminokuinolin (klorokuin, amodiakuin)
ü .Biguanida(proguanil)
ü Diaminopirimidin (pirimetamin, trimetoprim
ü Sulfon dan sulfonamide
ü Antibiotic ( tetrasiklin, minosiklin,
klindamisin )
ü Kuinilinmetanol dan fenantrenmetanol (
meflokuin )
Penggunaan
Obat malaria
Suatu obat mempunyai beberapa kegunaan yang dapat dipengaruhi beberapa factor, seperti spesies parasit malaria, respon terhadap obat tersebut, adanya kekebalan parsial manusia, risiko efek toksik, ada tidaknya obat tersebut di pasaran, pilihan dan harga obat. Penggunaan obat malaria yang utama ialah sebagai pengobatan pencegahan (profilaksisi ), pengobatan kuratif ( terapeutik ), dan pencegahan transmisi.
Suatu obat mempunyai beberapa kegunaan yang dapat dipengaruhi beberapa factor, seperti spesies parasit malaria, respon terhadap obat tersebut, adanya kekebalan parsial manusia, risiko efek toksik, ada tidaknya obat tersebut di pasaran, pilihan dan harga obat. Penggunaan obat malaria yang utama ialah sebagai pengobatan pencegahan (profilaksisi ), pengobatan kuratif ( terapeutik ), dan pencegahan transmisi.
·
Pengobatan
pencegahan (profilaksis). Obat diberikan dengan tujuan mencegah terjadinya
infeksi atau timbulnya gejala. Semua skizontisida darah adalah obat profilaksis
klinis atau supresif dan ternyata bila pengobatan diteruskan cukup lama , infeksi
malaria dapat lenyap.
·
Pengobatan
terapeutik (kuratif). Obat digunakan untuk pengobatan infeksi yang telah ada,
penanggulangan serangan akut dan pengobatan radikal. Pengobatan serangan akut
dapat dilakukan dengan skizontosida.
·
Pengobatan
pencegahan transmisi. Obat yang efektif terhadap gametosit, sehingga dapat
mencegah infeksi pada nyamuk atau mempengaruhi perkembangan sporogonik pada
nyamuk adalah gametositosida atau sporontosida.
Pada pemberantasan penyakit malaria,
penggunaan obat secara operasional tergantung pada tujuannya. Bila obat malaria
digunakan oleh beberapa individu untuk pencegahan infeksi, maka disebut
proteksi individu atau profilaksis individu.Dalam program pemberantasan malaria
cara pengobatan yang terpenting adalah pengobatan presumtif, pengobatan
radikal, dan pengobatan missal. Pengobatan presumtif adalah pengobatan kasus
malaria pada waktu darahnya diambil untuk kemudian dikonfirmasi infeksi
malarianya. Pengobatan radikal dilakukan dentgan tujuan membasmi semua parasit
yang ada dan mencegah timbulnya relaps.
Pengobatan misal dilakukan di daerah dengan endemisitas tinggi. Tiap orang harus mendapat pengobatan secara teratur dengan dosis yang telah ditentukan.
Pengobatan misal dilakukan di daerah dengan endemisitas tinggi. Tiap orang harus mendapat pengobatan secara teratur dengan dosis yang telah ditentukan.
Dosis obat malaria
Dosis obat malaria tanpa keterangan khusus berarti bahwa dosis tersebut diberikan kepada orang dewasa dengan BB kurang lebih 60 kg. Dosis tersebut dapat disesuaikan BB ( 25 mg/kg BB dosis total.
Pencegahan penyakit malaria
Menghindari gigitan nyamuk, misalnya tidur menggunakan kelambu
Mengobati semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan
Pemberantasan nyamuk dan larvanya
Dosis obat malaria tanpa keterangan khusus berarti bahwa dosis tersebut diberikan kepada orang dewasa dengan BB kurang lebih 60 kg. Dosis tersebut dapat disesuaikan BB ( 25 mg/kg BB dosis total.
Pencegahan penyakit malaria
Menghindari gigitan nyamuk, misalnya tidur menggunakan kelambu
Mengobati semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan
Pemberantasan nyamuk dan larvanya
Plasmodium malariae
Plasmodium malariae adalah protozoa parasit yang
menyebabkan penyakit malaria pada manusia dan hewan. P. malariae
berhubungan dekat dengan Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax, yang menyebabkan kebanyakan infeksi
malaria.
Plasmodium
malariae
Kerajaan:
|
|
Filum:
|
|
Kelas:
|
|
Ordo:
|
|
Famili:
|
|
Genus:
|
|
Spesies:
|
P. malariae
|
Nama
binomial Plasmodium malariae
malariae
Plasmodium adalah parasit protozoa yang menyebabkan malaria pada manusia. Hal
ini terkait erat dengan Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax yang
bertanggung jawab untuk infeksi malaria kebanyakan. Sementara ditemukan di
seluruh dunia, ini adalah "malaria tidak berbahaya" yang disebut dan
tidak hampir sama berbahayanya dengan yang dihasilkan oleh P. falciparum atau
P. vivax. P. malariae menyebabkan demam yang muncul kembali pada interval
sekitar tiga hari (demam quartan), lebih lama dari (malaria) interval dua hari
parasit malaria yang lain, maka nama alternatif yang quartan malaria.
Sejarah
Plasmodium malaria telah diakui sejak peradaban Yunani dan Romawi lebih dari 2.000 tahun yang lalu, dengan pola yang berbeda dari demam yang dijelaskan oleh orang Yunani awal Pada tahun 1880., Alphonse Laveran menemukan bahwa agen penyebab malaria adalah parasit. Detail pekerjaan Golgi tahun 1886 menunjukkan bahwa pada beberapa pasien ada hubungan antara siklus hidup 72 jam parasit dan pola dingin dan demam pada pasien Pengamatan yang sama. ditemukan untuk parasit dengan siklus 48 jam. Golgi menyimpulkan bahwa harus ada lebih dari satu jenis parasit malaria bertanggung jawab atas pola-pola yang berbeda dari infeksi.
Epidemiologi
Setiap tahun, sekitar 500 juta orang akan terinfeksi malaria di seluruh dunia Dari itu, terinfeksi sekitar dua juta akan meninggal akibat penyakit itu Malaria disebabkan oleh empat spesies Plasmodium:. Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae. Pada suatu waktu, sekitar 300 juta orang dikatakan terinfeksi dengan setidaknya salah satu dari spesies Plasmodium dan sehingga ada kebutuhan besar untuk pengembangan pengobatan yang efektif untuk mengurangi tingkat mortalitas dan morbiditas tahunan.
Diperdebatkan, P. malariae adalah yang paling dipelajari dari empat spesies yang menginfeksi manusia, sebagian karena prevalensi rendah dan manifestasi klinis lebih ringan dibandingkan dengan ketiga spesies lain. Hal ini tersebar luas di seluruh sub-Sahara Afrika, sebagian besar Asia Tenggara, Indonesia, pada banyak pulau-pulau di Pasifik Barat dan di daerah-daerah di Cekungan Amazon Amerika Selatan. Di daerah endemik, prevalensi berkisar dari kurang dari 4% untuk lebih dari 20%, tetapi ada bukti bahwa infeksi P. malariae yang sangat tidak dilaporkan.
Sejarah
Plasmodium malaria telah diakui sejak peradaban Yunani dan Romawi lebih dari 2.000 tahun yang lalu, dengan pola yang berbeda dari demam yang dijelaskan oleh orang Yunani awal Pada tahun 1880., Alphonse Laveran menemukan bahwa agen penyebab malaria adalah parasit. Detail pekerjaan Golgi tahun 1886 menunjukkan bahwa pada beberapa pasien ada hubungan antara siklus hidup 72 jam parasit dan pola dingin dan demam pada pasien Pengamatan yang sama. ditemukan untuk parasit dengan siklus 48 jam. Golgi menyimpulkan bahwa harus ada lebih dari satu jenis parasit malaria bertanggung jawab atas pola-pola yang berbeda dari infeksi.
Epidemiologi
Setiap tahun, sekitar 500 juta orang akan terinfeksi malaria di seluruh dunia Dari itu, terinfeksi sekitar dua juta akan meninggal akibat penyakit itu Malaria disebabkan oleh empat spesies Plasmodium:. Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae. Pada suatu waktu, sekitar 300 juta orang dikatakan terinfeksi dengan setidaknya salah satu dari spesies Plasmodium dan sehingga ada kebutuhan besar untuk pengembangan pengobatan yang efektif untuk mengurangi tingkat mortalitas dan morbiditas tahunan.
Diperdebatkan, P. malariae adalah yang paling dipelajari dari empat spesies yang menginfeksi manusia, sebagian karena prevalensi rendah dan manifestasi klinis lebih ringan dibandingkan dengan ketiga spesies lain. Hal ini tersebar luas di seluruh sub-Sahara Afrika, sebagian besar Asia Tenggara, Indonesia, pada banyak pulau-pulau di Pasifik Barat dan di daerah-daerah di Cekungan Amazon Amerika Selatan. Di daerah endemik, prevalensi berkisar dari kurang dari 4% untuk lebih dari 20%, tetapi ada bukti bahwa infeksi P. malariae yang sangat tidak dilaporkan.
Transmisi
P. malariae dapat dipertahankan pada tingkat infeksi yang sangat rendah di antara populasi jarang dan mobile karena tidak seperti parasit Plasmodium lain, dapat tetap berada dalam inang manusia untuk jangka waktu dan masih tetap menular terhadap nyamuk.
Vektor
Vektor penularan parasit adalah nyamuk Anopheles betina, tetapi spesies yang berbeda telah terbukti untuk mengirim parasit minimal eksperimental. Collins dan melaporkan Jeffrey lebih dari tiga puluh berbagai jenis spesies, yang bervariasi menurut wilayah geografis. Namun, ada waduk tidak ada hewan klarifikasi diperlukan untuk malariae Plasmodium.
Masa inkubasi
MORFOLOGI & SIKLUS HIDUP
Informasi tentang periode prepatent P.
malariae terkait malaria terbatas, tetapi data menunjukkan bahwa ada variasi
yang besar, sering kali tergantung pada strain parasit P. malariae .Biasanya,
rentang periode prepatent 16-59 hari Morfologi
Cincin tahap yang dibentuk oleh invasi merozoit dikeluarkan oleh pecah schizonts hati tahap ini adalah tahap pertama yang muncul dalam darah Tahap cincin tumbuh lambat tetapi segera mengisi seperempat sampai sepertiga dari sel terparasit.. Pigment meningkat pesat dan parasit setengah dewasa mungkin harus 30-50 butiran hitam legam. perubahan Parasit berbagai bentuk tumbuh dan membentang di seluruh sel inang untuk membentuk membentuk band.
presentasi klinis pada manusia
Plasmodium malariae menyebabkan infeksi kronis yang dalam beberapa kasus dapat berlangsung seumur hidup. Parasit P. malariae memiliki beberapa perbedaan antara itu dan parasit Plasmodium lainnya, yang satu yang penting parasit maksimum biasanya rendah dibandingkan dengan pasien terinfeksi dengan P. falciparum atau P. vivax Alasan untuk ini bisa. Dipertanggungjawabkan oleh jumlah yang lebih rendah merozoit diproduksi per siklus erythrocytic, siklus lagi perkembangan 72-jam (dibandingkan dengan siklus 48-jam P. vivax dan P. falciparum), preferensi untuk pembangunan di eritrosit yang lebih tua dan perkembangan awal yang dihasilkan imunitas oleh inang manusia lain ciri P. malariae adalah bahwa demam manifestasi dari parasit yang relatif lebih moderat kepada mereka dari P. falciparum dan P. vivax dan demam menunjukkan periodisitas quartan.. Seiring dengan buti demam dan lebih gejala klinis umum seperti menggigil dan mual, kehadiran edema dan sindrom nefrotik telah didokumentasikan dengan beberapa infeksi P. malariae. Ia telah mengemukakan bahwa kompleks imun dapat menyebabkan kerusakan glomerular struktural dan bahwa penyakit ginjal juga mungkin terjadi Walaupun P. malariae. sendiri memiliki tingkat morbiditas rendah, hal ini berkontribusi pada total morbiditas yang disebabkan oleh segala jenis Plasmodium, seperti yang diwujudkan dalam kejadian anemia, angka kelahiran rendah dan ketahanan akan berkurang terhadap infeksi lain.
Karena adanya kesamaan dalam penampilan patogen, infeksi P. knowlesi sering misdiagnosed sebagai infeksi P. malariae. Analisis molekular biasanya dibutuhkan untuk diagnosis yang akurat.
Siklus Hidup
P. malariae adalah satu-satunya parasit malaria manusia yang menyebabkan demam yang muncul kembali pada interval sekitar tiga-hari (itu terjadi evey hari keempat, demam quartan), lebih lama dari (malaria) interval dua hari parasit malaria lainnya.
Cincin tahap yang dibentuk oleh invasi merozoit dikeluarkan oleh pecah schizonts hati tahap ini adalah tahap pertama yang muncul dalam darah Tahap cincin tumbuh lambat tetapi segera mengisi seperempat sampai sepertiga dari sel terparasit.. Pigment meningkat pesat dan parasit setengah dewasa mungkin harus 30-50 butiran hitam legam. perubahan Parasit berbagai bentuk tumbuh dan membentang di seluruh sel inang untuk membentuk membentuk band.
presentasi klinis pada manusia
Plasmodium malariae menyebabkan infeksi kronis yang dalam beberapa kasus dapat berlangsung seumur hidup. Parasit P. malariae memiliki beberapa perbedaan antara itu dan parasit Plasmodium lainnya, yang satu yang penting parasit maksimum biasanya rendah dibandingkan dengan pasien terinfeksi dengan P. falciparum atau P. vivax Alasan untuk ini bisa. Dipertanggungjawabkan oleh jumlah yang lebih rendah merozoit diproduksi per siklus erythrocytic, siklus lagi perkembangan 72-jam (dibandingkan dengan siklus 48-jam P. vivax dan P. falciparum), preferensi untuk pembangunan di eritrosit yang lebih tua dan perkembangan awal yang dihasilkan imunitas oleh inang manusia lain ciri P. malariae adalah bahwa demam manifestasi dari parasit yang relatif lebih moderat kepada mereka dari P. falciparum dan P. vivax dan demam menunjukkan periodisitas quartan.. Seiring dengan buti demam dan lebih gejala klinis umum seperti menggigil dan mual, kehadiran edema dan sindrom nefrotik telah didokumentasikan dengan beberapa infeksi P. malariae. Ia telah mengemukakan bahwa kompleks imun dapat menyebabkan kerusakan glomerular struktural dan bahwa penyakit ginjal juga mungkin terjadi Walaupun P. malariae. sendiri memiliki tingkat morbiditas rendah, hal ini berkontribusi pada total morbiditas yang disebabkan oleh segala jenis Plasmodium, seperti yang diwujudkan dalam kejadian anemia, angka kelahiran rendah dan ketahanan akan berkurang terhadap infeksi lain.
Karena adanya kesamaan dalam penampilan patogen, infeksi P. knowlesi sering misdiagnosed sebagai infeksi P. malariae. Analisis molekular biasanya dibutuhkan untuk diagnosis yang akurat.
Siklus Hidup
P. malariae adalah satu-satunya parasit malaria manusia yang menyebabkan demam yang muncul kembali pada interval sekitar tiga-hari (itu terjadi evey hari keempat, demam quartan), lebih lama dari (malaria) interval dua hari parasit malaria lainnya.
Tahap Hati
Pada tahap ini, ribuan merozoit diproduksi dalam setiap skhizon Sebagai merozoit dilepaskan., Mereka menyerang eritrosit dan memulai siklus erythrocytic, dimana parasit mencerna hemoglobin untuk mendapatkan asam amino untuk sintesis protein.
[Sunting] siklus Erythrocytic
Total panjang pengembangan intraerythrocytic kira-kira 72 jam untuk P. malariae.
Pada tahap skhizon, setelah divisi schizogonic, ada sekitar 6-8 sel parasit dalam eritrosit.
Mengikuti siklus erythrocytic, yang berlangsung selama tujuh puluh dua jam rata-rata, 6-14 merozoit dilepaskan untuk reinvade eritrosit lain Akhirnya., Beberapa merozoit berkembang menjadi baik-mikro atau macrogametocytes. Dua jenis gametosit diambil ke nyamuk selama makan dan siklus diulang. Tidak ada waduk hewan untuk P. malariae.
Pada tahap ini, ribuan merozoit diproduksi dalam setiap skhizon Sebagai merozoit dilepaskan., Mereka menyerang eritrosit dan memulai siklus erythrocytic, dimana parasit mencerna hemoglobin untuk mendapatkan asam amino untuk sintesis protein.
[Sunting] siklus Erythrocytic
Total panjang pengembangan intraerythrocytic kira-kira 72 jam untuk P. malariae.
Pada tahap skhizon, setelah divisi schizogonic, ada sekitar 6-8 sel parasit dalam eritrosit.
Mengikuti siklus erythrocytic, yang berlangsung selama tujuh puluh dua jam rata-rata, 6-14 merozoit dilepaskan untuk reinvade eritrosit lain Akhirnya., Beberapa merozoit berkembang menjadi baik-mikro atau macrogametocytes. Dua jenis gametosit diambil ke nyamuk selama makan dan siklus diulang. Tidak ada waduk hewan untuk P. malariae.
Tahap Nyamuk
Serupa dengan parasit lain Plasmodium menginfeksi manusia, Plasmodium malariae memiliki siklus perkembangan yang berbeda dalam nyamuk Anopheles dan pada host manusia. Nyamuk berfungsi sebagai tuan rumah definitif dan host manusia adalah menengah. Apabila Anopheles nyamuk mengambil makan darah dari seorang individu yang terinfeksi, gametosit dicerna dari orang yang terinfeksi Sebuah proses yang dikenal sebagai exflagellation dari microgametocyte segera terjadi kemudian dan sampai delapan mikrogamet mobile terbentuk.
Serupa dengan parasit lain Plasmodium menginfeksi manusia, Plasmodium malariae memiliki siklus perkembangan yang berbeda dalam nyamuk Anopheles dan pada host manusia. Nyamuk berfungsi sebagai tuan rumah definitif dan host manusia adalah menengah. Apabila Anopheles nyamuk mengambil makan darah dari seorang individu yang terinfeksi, gametosit dicerna dari orang yang terinfeksi Sebuah proses yang dikenal sebagai exflagellation dari microgametocyte segera terjadi kemudian dan sampai delapan mikrogamet mobile terbentuk.
Tahap Seksual
Setelah pembuahan macrogamete, sebuah ookinete mobile terbentuk, yang menembus membran peritropic sekitar makan darah dan perjalanan ke luar dinding usus-tengah nyamuk ookista kemudian. Berkembang di bawah membran basal dan setelah jangka waktu dua sampai tiga minggu sejumlah variabel sporozoit diproduksi dalam setiap ookista. Jumlah sporozoit yang dihasilkan bervariasi dengan temperatur dan dapat berkisar dari manapun di antara ratusan untuk beberapa ribu Akhirnya., ookista yang pecah dan sporozoit dilepaskan ke dalam hemocoel nyamuk. Para sporozoit tersebut kemudian dibawa oleh peredaran hemolymph ke kelenjar ludah, di mana mereka menjadi terkonsentrasi dalam sel acinal Sejumlah kecil sporozoit dimasukkan ke dalam saluran ludah dan disuntikkan ke venula dari manusia digigit.. ini memulai siklus dalam hati manusia.
Diagnostik
Metode yang lebih baik untuk diagnosis P. malariae adalah melalui pemeriksaan darah perifer film diwarnai dengan Giemsa stain.
Setelah pembuahan macrogamete, sebuah ookinete mobile terbentuk, yang menembus membran peritropic sekitar makan darah dan perjalanan ke luar dinding usus-tengah nyamuk ookista kemudian. Berkembang di bawah membran basal dan setelah jangka waktu dua sampai tiga minggu sejumlah variabel sporozoit diproduksi dalam setiap ookista. Jumlah sporozoit yang dihasilkan bervariasi dengan temperatur dan dapat berkisar dari manapun di antara ratusan untuk beberapa ribu Akhirnya., ookista yang pecah dan sporozoit dilepaskan ke dalam hemocoel nyamuk. Para sporozoit tersebut kemudian dibawa oleh peredaran hemolymph ke kelenjar ludah, di mana mereka menjadi terkonsentrasi dalam sel acinal Sejumlah kecil sporozoit dimasukkan ke dalam saluran ludah dan disuntikkan ke venula dari manusia digigit.. ini memulai siklus dalam hati manusia.
Diagnostik
Metode yang lebih baik untuk diagnosis P. malariae adalah melalui pemeriksaan darah perifer film diwarnai dengan Giemsa stain.
teknik PCR juga sering digunakan untuk
konfirmasi diagnosis serta untuk memisahkan campuran infeksi Plasmodium ,
Bahkan dengan teknik ini. Namun, masih mungkin untuk membedakan infeksi,
seperti kasus di wilayah Amerika Selatan di mana manusia dan monyet hidup
bersama dan P. malariae dan P. brasilianum tidak mudah dibedakan
Pertimbangan Laboratorium
P. vivax dan P. ovale duduk di EDTA selama lebih dari 30 menit sebelum film darah dibuat akan terlihat sangat mirip dalam tampilannya P. malariae, yang merupakan alasan penting untuk memperingatkan laboratorium segera ketika sampel darah diambil sehingga mereka dapat memproses sampel segera setelah tiba.
Mikroskopik, sel darah parasitised merah (eritrosit) tidak pernah membesar dan bahkan mungkin terlihat lebih kecil daripada normal sel darah merah. sitoplasma ini tidak decolorized dan tidak ada titik yang terlihat pada permukaan sel. The vakuola makanan kecil dan parasit yang kompak. Sel jarang tuan rumah lebih dari satu parasit. bentuk Band, di mana parasit membentuk band tebal di lebar sel yang terinfeksi, merupakan ciri khas dari spesies ini (dan beberapa akan katakan adalah diagnostik). besar butir pigmen malaria sering dilihat dalam parasit: lebih lagi daripada spesies Plasmodium lainnya, 8 merozoit.
No comments:
Post a Comment